Surabaya - Kilatan cahaya yang dilihat warga Pacitan diperkirakan berasal dari meteor dari jenis batuan besar (fireball). Pasalnya, jumlah meteor yang memasuki atmosfir bumi dalam sehari bisa mencapai 1 miliar kilogram.
"Jumlah meteor yang memasuki atmosfer bumi jumlahnya banyak. Dari survei NASA pada
tahun 2002, statistik meteor ke bumi mencapai 1 miliar kilogram per hari," kata Koordinator Kunjungan dan Peneliti Observatorium Bosscha, Evan I Akbar, saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (2/2/2011).
Masuknya meteor itu bukan disebabkan lapisan ozon yang menipis, tapi karena fenomena alam dan terjadi ketika bumi melintasi dekat orbit sebuah komet dan melalui serpihannya.
Menurut Evan, ukuran meteor yang berada di luar atmosfer bumi pada umumnya sebesar sebutir pasir, tapi juga ada yang besar ukurannya sekitar genggaman tangan orang dewasa. "Biasanya yang memasuki atmosfer bumi sebesar pasir atau kerikil. Kalau besar itu jarang terjadi. Biasanya meteor itu habis terbakar di langit," ujarnya. Evan mengatakan, meteor yang masuk, maupun yang menembus hingga ke bumi, seperti meteor yang menghantam 3 rumah warga di Duren Sawit, Jakarta Timur, pada April 2010 lalu. Kemudian pada Tahun 1996 meteor seukuran genggaman tangan orang dewasa juga terjatuh di New York, Amerika Serikat.
Pada Tahun 1988 juga pernah terjadi hujan meteor sebanyak 5.300 meteor dalam satu jam dan hujan meteor di tempat lainnya, menurutnya bukan disebabkan lapisan ozon yang menipis. Ia menerangkan, sekitar 65 juta tahun yang lalu atau di zaman purbakala, asteroid berukuran 10 Km jatuh ke bumi. Padahal, zaman tersebut banyak pepohonan dan tidak ada polusi, seperti di zaman sekarang ini. "Meskipun lapisan ozon tebal, tak berpengaruh terjadinya hujan meteor. Hal ini adalah fenomena alam," terangnya. Ia menambahkan, memang ada meteor yang sampai tembus ke bumi, tapi itu jarang terjadi. "Kalau sampai menembus ke bumi, tidak berdampak besar. Kalau jatuh ke rumah, biasanya rumah itu rusak. Kalau jatuh mengenai pohon, biasanya pohon itu langsung tumbang," tuturnya.
Sumber: http://hileud.com
Menurut Evan, ukuran meteor yang berada di luar atmosfer bumi pada umumnya sebesar sebutir pasir, tapi juga ada yang besar ukurannya sekitar genggaman tangan orang dewasa. "Biasanya yang memasuki atmosfer bumi sebesar pasir atau kerikil. Kalau besar itu jarang terjadi. Biasanya meteor itu habis terbakar di langit," ujarnya. Evan mengatakan, meteor yang masuk, maupun yang menembus hingga ke bumi, seperti meteor yang menghantam 3 rumah warga di Duren Sawit, Jakarta Timur, pada April 2010 lalu. Kemudian pada Tahun 1996 meteor seukuran genggaman tangan orang dewasa juga terjatuh di New York, Amerika Serikat.
Pada Tahun 1988 juga pernah terjadi hujan meteor sebanyak 5.300 meteor dalam satu jam dan hujan meteor di tempat lainnya, menurutnya bukan disebabkan lapisan ozon yang menipis. Ia menerangkan, sekitar 65 juta tahun yang lalu atau di zaman purbakala, asteroid berukuran 10 Km jatuh ke bumi. Padahal, zaman tersebut banyak pepohonan dan tidak ada polusi, seperti di zaman sekarang ini. "Meskipun lapisan ozon tebal, tak berpengaruh terjadinya hujan meteor. Hal ini adalah fenomena alam," terangnya. Ia menambahkan, memang ada meteor yang sampai tembus ke bumi, tapi itu jarang terjadi. "Kalau sampai menembus ke bumi, tidak berdampak besar. Kalau jatuh ke rumah, biasanya rumah itu rusak. Kalau jatuh mengenai pohon, biasanya pohon itu langsung tumbang," tuturnya.
Sumber: http://hileud.com
0 Comments
