Analisis cuaca yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menguatkan dugaan pesawat AirAsia QZ8501 gagal menghindari awan tebal kumulonimbus yang berada pada rute penerbangannya. Keberadaan awan kumulonimbus dalam pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut sebelumnya dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Syamsul Huda mengungkapkan bahwa sejak lepas landas dari Surabaya, AirAsia QZ8501 terbang dalam kondisi cuaca berawan. Saat sampai di wilayah antara Belitung dan Kalimantan, pesawat menghadapi cuaca yang lebih buruk.
Wilayah di antara Belitung dan Kalimantan adalah lokasi terakhir pesawat terdeteksi seperti pada Flightradar24.com dan Pemerintah Indonesia dalam keterangan pers hari ini.
"Pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang dihadapi pesawat 48.000 kaki," kata Syamsul.
Baca: BMKG: AirAsia QZ8501 Berhadapan dengan Awan Kumulonimbus hingga 48.000 Kaki
Lapan Citra cuaca MTSAT menunjukkan adanya awan tebal (warna merah) di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terakhir terdeteksi, antara Belitung Timur dan Kalimantan.
Pelaksana tugas Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murdjatmojo mengatakan, QZ8501 itu sempat melakukan kontak terakhir dengan ATC di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.12 WIB untuk meminta izin berbelok ke kiri dan naik hingga ketinggian 38.000 kaki.
Djoko mengatakan bahwa air traffic controller (ATC) telah menyetujui permintaan untuk belok ke kiri, tetapi tidak dengan permintaan naik. Alasannya, terdapat pesawat lain pada ketinggian di atasnya.
Sumber:
http://sains.kompas.com/read/2014/12/28/2155427/Analisis.Lapan.Kuatkan.Dugaan.AirAsia.QZ8501.Gagal.Hindari.Awan.Kumulonimbus
http://sains.kompas.com/read/2014/12/28/2155427/Analisis.Lapan.Kuatkan.Dugaan.AirAsia.QZ8501.Gagal.Hindari.Awan.Kumulonimbus