Bahkan astronot sekalipun merindukan hal paling banal setelah berbulan-bulan di luar angkasa, yakni pizza, bir dan keindahan musim semi. Buat Alexander Gerst, hal kecil semacam itu menjadi istimewa setelah bertugas di ISS. "Kerja keras selama ini tidak percuma," katanya dalam jumpa pers terakhir. Ia mengaku tidak pernah merasa kesepian. Kru ISS sudah seperti "keluarga" buat astronot Jerman itu.
"Risiko yang kami terima"
Begitulah kata Alexander Gerst terkait insiden roket NASA, Cygnus, yang meledak sesaat setelah diuluncurkan 28 Oktober silam. Kecelakan menurutnya selalu terjadi. Namun soal penerbangan berawak, Gerst meyakini keamanan teknologi manusia, "Kita bisa selamat dalam insiden seperti itu," ujarnya percaya diri. Gerst dijadwalkan kembali ke bumi 10 November mendatang.
Ruang Tanpa Batas
Cuma jubah luar angkasa yang memisahkan Gerst dari ruang tak berbatas ketika ia pertama kali melakukan spacewalk. Bersama rekannya, Reid Wiseman, Gerst bertugas memodifikasi tangan robotik.
Manusia belum punya pengetahuan banyak mengenai kehidupan di luar angkasa. Sebab itu Alexander Gerst juga berpartisipasi dalam misi Blue Dot. Ia ditugaskan melakukan 100 percobaan selama berada di ISS. Eksperimen antara lain disiapkan oleh Universitas Olahraga Köln dan organisasi bantuan medis, Berlin Charité.
Menyelami Tubuh Manusia
Semua astronot memiliki jadwal olahraga harian. Pasalnya hilangnya gravitasi mempercepat penciutan otot tubuh. Aktivtas olahraga itu, dikombinasikan dengan eksperimen medis, akan membantu ilmuwan di bumi mengenal lebih dekat tubuh manusia ketika berada di luar angkasa.
Menyimak keindahan planet Bumi acap bergantung pada prespektif masing-masing. Pesan itulah yang coba disebarkan oleh Alexander Gerst melalui aktivitas hariannya di media sosial. Gambar ini misalnya menampilkan gurun Sahara yang nyaris tak berujung.
Sumber:
http://www.dw.de/eksperimen-dengan-air-di-ruang-angkasa/a-18046807
Sumber:
http://www.dw.de/eksperimen-dengan-air-di-ruang-angkasa/a-18046807